Sepucuk Surat Perasaan
Lagi. Keadaan yang tidak bisa di bilang baik-baik saja.
Lagi. Merasakan pedih yang sama untuk keberapa kalinya.
Beberapa saat yang lalu aku merasa tertampar. Gemetar hingga hampir tak sadar. Banyak kata ingin terlontar, tapi berujung hanya terkapar.
Aku menggenggam emosi, berusaha menelan sakit hati.
Mati-matian memahami setiap umpatan di otak yang berkelahi.
Kabar baiknya, aku sudah mulai ahli.
Sabarku semakin kebal, hatiku tak lagi melawan setiap pahit yang ingin berkawan.
Silahkan kau lihat kini, aku menanggapinya dengan caraku sendiri.
Biarkan hanya aku yang tahu batas luka mengangaku.
Lagi. Merasakan pedih yang sama untuk keberapa kalinya.
Beberapa saat yang lalu aku merasa tertampar. Gemetar hingga hampir tak sadar. Banyak kata ingin terlontar, tapi berujung hanya terkapar.
Aku menggenggam emosi, berusaha menelan sakit hati.
Mati-matian memahami setiap umpatan di otak yang berkelahi.
Kabar baiknya, aku sudah mulai ahli.
Sabarku semakin kebal, hatiku tak lagi melawan setiap pahit yang ingin berkawan.
Silahkan kau lihat kini, aku menanggapinya dengan caraku sendiri.
Biarkan hanya aku yang tahu batas luka mengangaku.
Comments
Post a Comment