Ridwan, Aku Rindu
"RIDWAN AKU RINDUUUUUUUUU...........!!!!"
Begitulah kata hatiku beberapa hari ini. Tak ada yang lain selain itu. Hanya rindu. Seakan ingin berteriak kencang-kencang tepat di telingamu agar kau tahu. Bahwa aku rindu. Bahwa sangat menyakitkan untuk merasakan rindu ini sendirian. Bahwa disetiap saat sebelum aku terlelap selalu saja datang tanya. Apakah dia juga rindu padaku? Apakah boleh aku merindukannya seperti ini? Berapa lama lagi harus aku tersiksa karena rindu? Ya Tuhan... Aku tak mampu.
Terkadang aku merasa ucapan rinduku padamu tak berarti. Terkadang aku berpikir bahwa mungkin kau tak paham. Terkadang ingin sekali kutulis besar-besar kata rindu itu diatas sebuah batu yang sangat keras dan melemparkannya kearahmu. Hanya agar kau tau dan merasakan betapa sakitnya merindukanmu.
Aku sangat rindu padamu, itu jelas bukan? Iya. Maaf jika terus kuulang kata-kata itu disini, atau disetiap percakapan kita, atau jika memang tak pernah kunyatakan dengan jelas padamu, berarti aku hanya terus menyimpannya dalam hati. IYA RIDWAN AKU RINDU PADAMU. Ah, sekarang sudah cukup jelas rasanya...
Aku memang tak pandai berkata-kata. Bahwa benar, yang selalu aku katakan padamu hanya itu-itu saja. Tapi ketahuilah, sesungguhnya banyak sekali perasaan yang ingin kubagi denganmu. Banyak. Cukup banyak. Bukan hanya sekedar rindu sialan ini. Tapi aku hanya tak mampu menemukan cara yang tepat untuk mengekspresikannya. Tak pernah ada cara yang tepat. Aku juga tak tahu mengapa...
Ridwan, mungkin ini terdengar agak klise. Tapi sungguh, jika memang Doraemon itu ada, dengan senang hati akan kuminta padanya untuk menciptakan satu pintu khusus buatku. Bukan pintu kemana saja. Tidak, aku tak butuh yang itu. Yang aku mau adalah pintu ke kamu saja. Hanya ke tempatmu, yang memang jauh sekali itu. Yang tak bisa aku tempuh dengan berlari. Jadi, kapan saja aku ingin bertemu denganmu, tinggal kuputar kenop pintu itu dan voila! Kau ada di hadapanku. Sungguh, andai Doraemon itu tak hanya untuk Nobita...
Tak bisa bertemu itu menyebalkan ya? Terkadang aku benci disaat yang lain mengolok-olokku karena hanya bisa melihatmu sebatas layar PC-ku. Terkadang mereka benar Ridwan. Dan aku benci mengakuinya. Tapi tak apa, asal masih bisa melihatmu, mendengar suaramu yang terkadang konyol (maaf hahaha), menikmati tawamu (walau hanya sebatas layar) aku sudah cukup senang. Bukan senang, tapi bahagia. Sesaat aku menjadi orang yang paling bahagia di planet bumi ini karenamu. Terimakasih sekali...
Tahukah kau benda apa yang paling kubenci saat ini? Kalender. Aku tak suka melihatnya. Melihat kolom-kolom angka yang entah mengapa terasa begitu panjang hingga bulan Agustus. Kau tahu kan itu hanya angka? Benda mati. Tapi itulah juga yang menentukan kapan akhirnya kita bisa bertemu. Menyebalkan ya?
Sabar ya Ridwan. Karena masih harus berteman dengan jarak sekarang ini, Karena masih harus bertatap layar untuk sekadar pelepas rindu yang semu. Karena masih harus merasa kesepian tanpaku. Aku ingin kau sabar. Harusnya aku mengatakan ini lebih kepada diriku sendiri, tapi tak apa, mungkin saja kau juga ingin mendengarnya untuk dirimu...
Semakin hari disaat aku berjuang melawan rindu ini sendiri, aku belajar, bahwa ada hal baik yang bisa diambil dari apa yang sedang kita jalani. Bahwa memang benar, good things comes to those who wait. Dan yang ingin ku katakan disini adalah :
Begitulah kata hatiku beberapa hari ini. Tak ada yang lain selain itu. Hanya rindu. Seakan ingin berteriak kencang-kencang tepat di telingamu agar kau tahu. Bahwa aku rindu. Bahwa sangat menyakitkan untuk merasakan rindu ini sendirian. Bahwa disetiap saat sebelum aku terlelap selalu saja datang tanya. Apakah dia juga rindu padaku? Apakah boleh aku merindukannya seperti ini? Berapa lama lagi harus aku tersiksa karena rindu? Ya Tuhan... Aku tak mampu.
Terkadang aku merasa ucapan rinduku padamu tak berarti. Terkadang aku berpikir bahwa mungkin kau tak paham. Terkadang ingin sekali kutulis besar-besar kata rindu itu diatas sebuah batu yang sangat keras dan melemparkannya kearahmu. Hanya agar kau tau dan merasakan betapa sakitnya merindukanmu.
Aku sangat rindu padamu, itu jelas bukan? Iya. Maaf jika terus kuulang kata-kata itu disini, atau disetiap percakapan kita, atau jika memang tak pernah kunyatakan dengan jelas padamu, berarti aku hanya terus menyimpannya dalam hati. IYA RIDWAN AKU RINDU PADAMU. Ah, sekarang sudah cukup jelas rasanya...
Aku memang tak pandai berkata-kata. Bahwa benar, yang selalu aku katakan padamu hanya itu-itu saja. Tapi ketahuilah, sesungguhnya banyak sekali perasaan yang ingin kubagi denganmu. Banyak. Cukup banyak. Bukan hanya sekedar rindu sialan ini. Tapi aku hanya tak mampu menemukan cara yang tepat untuk mengekspresikannya. Tak pernah ada cara yang tepat. Aku juga tak tahu mengapa...
Ridwan, mungkin ini terdengar agak klise. Tapi sungguh, jika memang Doraemon itu ada, dengan senang hati akan kuminta padanya untuk menciptakan satu pintu khusus buatku. Bukan pintu kemana saja. Tidak, aku tak butuh yang itu. Yang aku mau adalah pintu ke kamu saja. Hanya ke tempatmu, yang memang jauh sekali itu. Yang tak bisa aku tempuh dengan berlari. Jadi, kapan saja aku ingin bertemu denganmu, tinggal kuputar kenop pintu itu dan voila! Kau ada di hadapanku. Sungguh, andai Doraemon itu tak hanya untuk Nobita...
Tak bisa bertemu itu menyebalkan ya? Terkadang aku benci disaat yang lain mengolok-olokku karena hanya bisa melihatmu sebatas layar PC-ku. Terkadang mereka benar Ridwan. Dan aku benci mengakuinya. Tapi tak apa, asal masih bisa melihatmu, mendengar suaramu yang terkadang konyol (maaf hahaha), menikmati tawamu (walau hanya sebatas layar) aku sudah cukup senang. Bukan senang, tapi bahagia. Sesaat aku menjadi orang yang paling bahagia di planet bumi ini karenamu. Terimakasih sekali...
Tahukah kau benda apa yang paling kubenci saat ini? Kalender. Aku tak suka melihatnya. Melihat kolom-kolom angka yang entah mengapa terasa begitu panjang hingga bulan Agustus. Kau tahu kan itu hanya angka? Benda mati. Tapi itulah juga yang menentukan kapan akhirnya kita bisa bertemu. Menyebalkan ya?
Sabar ya Ridwan. Karena masih harus berteman dengan jarak sekarang ini, Karena masih harus bertatap layar untuk sekadar pelepas rindu yang semu. Karena masih harus merasa kesepian tanpaku. Aku ingin kau sabar. Harusnya aku mengatakan ini lebih kepada diriku sendiri, tapi tak apa, mungkin saja kau juga ingin mendengarnya untuk dirimu...
Semakin hari disaat aku berjuang melawan rindu ini sendiri, aku belajar, bahwa ada hal baik yang bisa diambil dari apa yang sedang kita jalani. Bahwa memang benar, good things comes to those who wait. Dan yang ingin ku katakan disini adalah :
Missing someone gets easier everyday, because eventhough you are one day further from the last time you saw them, you are one day closer to the next time you will see them.Jadi mari bersabar dan berlomba-lomba untuk mengumpulkan rindu sebayak-banyaknya :)
Comments
Post a Comment