#2
Masih dengan sisa-sisa rasa sedih dan kesal kutuliskan surat kedua ini untukmu.
Aku lelah menangisi kata-kata darimu siang ini. Bantalku sudah basah dengan airmata yang terus saja mengalir, padahal aku telah berusaha keras menghentikannya. Aku cengeng ya? Iya, aku tahu. Tapi rasanya tak ada yang lebih melegakan dari menangis. Kesunyian itu tampak sekali mengerti perasaanku saat ini.
Aku tahu kau sedang kesal dan memendam amarah. Kau punya sesuatu yang sedang menganggu pikiranmu saat ini. Tapi tahukah kau, disinipun aku begitu? Aku juga punya bercabang-cabang hal yang mendesak untuk kupikirkan, hanya saja tak banyak yang aku ungkapkan padamu. Aku takut celotehanku semakin menganggu pikiranmu saja. Aku tak mau lebih membebanimu seperti yang telah aku lakukan belakangan ini.
Kau tahu bagaimana rasanya melewatkan kesempatan untuk melihatmu lagi malam ini?
Menyesakkan...
Tapi aku bisa apa? Banyak sekali hal yang menunggu untuk aku selesaikan yang dengan berat sekali harus aku nyatakan sama pentingnya denganmu. Tanganku hanya dua dan otak ku hanya bisa bekerja seadanya. Dengan batas kemampuanku yang seperti ini, tak mungkin aku bisa menyelesaikan semuanya dalam waktu yang bersamaan. Disinilah aku berharap kau bisa sangat mengerti.
Bertengkar itu melelahkan ya? Dan buang-buang waktu. Tapi aku tak ingin menyalahkanmu atas apapun. Yang tadi itu murni salahku. Aku tak pernah bisa paham akan situasi. hanya saja............ kata-katamu masih melekat sangat di otak ku. Dibagian terakhirnya, "..........jangan bikin tambah kesel"
Ridwaaaaaan. Andai saja kau tahu betapa kesalnya aku pada diriku sendiri.
Maaf ya jika aku belum bisa mengatasi emosiku
Maaf jika aku selalu membuatmu kesal
Dariku yang ingin meminta maaf dengan tulus,
rhdwt
Aku lelah menangisi kata-kata darimu siang ini. Bantalku sudah basah dengan airmata yang terus saja mengalir, padahal aku telah berusaha keras menghentikannya. Aku cengeng ya? Iya, aku tahu. Tapi rasanya tak ada yang lebih melegakan dari menangis. Kesunyian itu tampak sekali mengerti perasaanku saat ini.
Aku tahu kau sedang kesal dan memendam amarah. Kau punya sesuatu yang sedang menganggu pikiranmu saat ini. Tapi tahukah kau, disinipun aku begitu? Aku juga punya bercabang-cabang hal yang mendesak untuk kupikirkan, hanya saja tak banyak yang aku ungkapkan padamu. Aku takut celotehanku semakin menganggu pikiranmu saja. Aku tak mau lebih membebanimu seperti yang telah aku lakukan belakangan ini.
Kau tahu bagaimana rasanya melewatkan kesempatan untuk melihatmu lagi malam ini?
Menyesakkan...
Tapi aku bisa apa? Banyak sekali hal yang menunggu untuk aku selesaikan yang dengan berat sekali harus aku nyatakan sama pentingnya denganmu. Tanganku hanya dua dan otak ku hanya bisa bekerja seadanya. Dengan batas kemampuanku yang seperti ini, tak mungkin aku bisa menyelesaikan semuanya dalam waktu yang bersamaan. Disinilah aku berharap kau bisa sangat mengerti.
Bertengkar itu melelahkan ya? Dan buang-buang waktu. Tapi aku tak ingin menyalahkanmu atas apapun. Yang tadi itu murni salahku. Aku tak pernah bisa paham akan situasi. hanya saja............ kata-katamu masih melekat sangat di otak ku. Dibagian terakhirnya, "..........jangan bikin tambah kesel"
Ridwaaaaaan. Andai saja kau tahu betapa kesalnya aku pada diriku sendiri.
Maaf ya jika aku belum bisa mengatasi emosiku
Maaf jika aku selalu membuatmu kesal
Dariku yang ingin meminta maaf dengan tulus,
rhdwt
Comments
Post a Comment