Dalam Diam
Rasanya tidak pernah adil, saat badan ini mulai tumbang dan membutuhkan
lebih banyak perhatian dari biasanya, pikiran-pikiran itu terus
saja muncul dan menggumpal di sudut otak. Mengerak dan sulit di
enyahkan. Lantas semua perhatian akan dengan sendirinya melaju, memerhatikan sisa-sisa perasaan yang tidak bisa hilang atau sekedar
bayang-bayang narasi yang selalu berkecamuk di dalam sana. Maka dengan
begitu, badan ini tak lagi mendapat perhatian yang cukup untuk bisa
kembali kuat lagi. Badan ini dianak-tirikan. Jahat bukan?
Banyak orang berkata "time will heals". Bahwa di sela-sela cara kita untuk memulihkan diri, waktu lah yang akan dengan sendirinya mengambil alih. Iya, ini semua adalah tentang waktu. Waktu yang akan menyembuhkan. Waktu yang akan menguatkan. Waktu yang akan membinasakan. Dan waktu jugalah yang akan memaafkan. Tapi seberapa lama? Seberapa cepat? Itu yang tidak pernah berhasil diungkap oleh kebanyakan orang. Tak ada yang tahu pasti, karena definisi waktu bagi setiap hati yang terluka adalah berbeda.
Tapi bagiku, ini bukan semata hanya karena waktu. Ya, memang aku membutuhkannya seperti yang kubilang. Namun, ini lebih kepada diriku sendiri. Lebih kepada bagaimana caraku mengatasi sebuah sakit hati. Mengikis sebuah luka. Karena jika akupun tak bisa dengan sukarela berdamai dengan rasa sakit itu, maka waktu pun tak akan pernah berhasil menyembuhkanku.
Maka dari setiap luka adalah memberitahu kita bagaimana rasanya jatuh. Dari setiap jatuh mengajarkan kita untuk bangkit kembali. Dan dengan bangkit kembali, akan memberanikan kita untuk berjalan lagi. Bersiap-siap jika suatu saat nanti akan terjatuh, tersungkur lagi. Bahwa kita akan belajar dari setiap tetes airmata yang kita luruhkan. Dan dari itu kita belajar bahwa jangan lagi menggerimisi wajah karena kesalahan yang sama.
Ketika diam membawaku kepada pemahaman yang lebih tentangmu,
Ketika diam mengijinkanku mencintaimu dengan caraku, sesukaku...
Banyak orang berkata "time will heals". Bahwa di sela-sela cara kita untuk memulihkan diri, waktu lah yang akan dengan sendirinya mengambil alih. Iya, ini semua adalah tentang waktu. Waktu yang akan menyembuhkan. Waktu yang akan menguatkan. Waktu yang akan membinasakan. Dan waktu jugalah yang akan memaafkan. Tapi seberapa lama? Seberapa cepat? Itu yang tidak pernah berhasil diungkap oleh kebanyakan orang. Tak ada yang tahu pasti, karena definisi waktu bagi setiap hati yang terluka adalah berbeda.
Tapi bagiku, ini bukan semata hanya karena waktu. Ya, memang aku membutuhkannya seperti yang kubilang. Namun, ini lebih kepada diriku sendiri. Lebih kepada bagaimana caraku mengatasi sebuah sakit hati. Mengikis sebuah luka. Karena jika akupun tak bisa dengan sukarela berdamai dengan rasa sakit itu, maka waktu pun tak akan pernah berhasil menyembuhkanku.
Maka dari setiap luka adalah memberitahu kita bagaimana rasanya jatuh. Dari setiap jatuh mengajarkan kita untuk bangkit kembali. Dan dengan bangkit kembali, akan memberanikan kita untuk berjalan lagi. Bersiap-siap jika suatu saat nanti akan terjatuh, tersungkur lagi. Bahwa kita akan belajar dari setiap tetes airmata yang kita luruhkan. Dan dari itu kita belajar bahwa jangan lagi menggerimisi wajah karena kesalahan yang sama.
Ketika diam membawaku kepada pemahaman yang lebih tentangmu,
Ketika diam mengijinkanku mencintaimu dengan caraku, sesukaku...
qaqaqqq galau yaaaaa
ReplyDeleteyampuuuuuun dikit sih hahahaha thanks for reading ya mba dijeee
Delete