Kita, Dalam Jalan Untuk Kembali Saling Menemukan

Kita pernah berjalan bersama. Kita pernah menyusuri waktu berdua, tak terkalahkan. Kita hebat, kita kuat. Tak pernah berpikir jika diantara jalan setapak yang kita telusuri akan ada banyak duri yang melukai kaki kita. Membuat kita berhenti berjalan dan dalam sejenak, tak bisa melanjutkan perjalanan. Ternyata benar adanya, suatu hari duri itu muncul. Bersamaan dengan jutaan akar ganas yang tak berhenti untuk melilit tubuhku. Kau, dalam usahanya menyelamatkanku, menebaskan pisaumu ke arahku. Pisaumu terlalu tajam dan dalam hingga seketika berhasil menghujam tepat dihatiku. Aku terluka, aku jatuh. Kau terdiam. Kau meminta maaf atas apa yang kau katakan tak sengaja kau lakukan. Namun, tetap saja luka yang kau tebaskan padaku itu tak kunjung hilang. Aku sakit, aku menangis, tak pernah bepikir bahwa akan terluka seperti ini. Bahwa yang akan melukaiku sesakit ini adalah kau, orang yang selama ini berjalan bersamaku. Berbagi semuanya denganku...

Sejenak kita berhenti, sama-sama tak tahu harus berbuat apa. Tak tahu harus bagaimana untuk menyembuhkanku dari luka ini. Aku pun diam-diam menangis, sendiri, tanpa kau tahu. Aku berusaha menyembuhkan tanpa bantuanmu. Berusaha memaafkan, berusaha mengenyahkan pikiran tentang kau yang jahat dari benakku. Aku akui, malam-malam dimana aku menjadi sangat rapuh itu adalah sangat sulit untuk dilewati. Pun pernah terlintas di otak kecilku ini untuk benar-benar berhenti. Berpisah denganmu di tengah jalan dan kembali pulang, sendiri. Pikiran itu membuatku sedih. Rasa ingin bersamamu menyeruak lebih besar daripada rasa perih dari lukaku. Dan aku pun sadar, bahwa berpisah denganmu akan lebih menyakitiku ketimbang luka yang tak sengaja kau torehkan ini. Di detik kesadaranku itu, aku mencoba untuk ikhlas...

"Ikhlas, kau harus ikhlas. Kau harus memaafkan..." adalah kata-kata yang terus aku ucapkan, bahkan mungkin dalam tidurku. Kembali ku ingat pertama kali kita berjalan bersama, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa dalam perjalanan ini, aku akan berbagi semuanya denganmu. Suka dan senang, sedih dan susah, semuanya. Apapun itu, asal berbagi bersamamu pasti akan kulewati. Aku seakan lupa pada janji itu, janji yang kubuat pada diriku sendiri. Dan di waktu dimana akhirnya aku bisa mengkomunikasikan pikiranku dengan hatiku, aku belajar memaafkanmu. Aku menguatkan hati dan mulai melupakan semuanya. Tentu bagian itu tak pernah menjadi bagian yang paling mudah dalam masa ini, namun aku terus mencoba. Dan pada akhirnya saat aku yakin aku sudah cukup mencoba, aku pun berhasil melewatinya. Aku sudah memaafkanmu...

Sekarang aku sudah tak apa-apa. Aku sudah baikan, walau memang terkadang masih menyesakkan. Aku sudah melupakan, dan aku berharap kau juga bisa melupakan dan memaafkan dirimu sendiri. Sekarang, mari kita berjalan lagi, walau tertatih, mari kita melanjutkan. Aku ingin kau terus ada disampingku untuk menguatkan langkahku. Aku ingin kau simpan dengan baik pisaumu, jangan pernah kau mengarahkannya padaku lagi. Aku ingin kita ingat bahwa jika ada aral melintang di depan nanti, kita akan saling menyelamatkan, namun tidak dengan sesuatu yang bisa lebih melukai diri kita sendiri. Kita akan baik-baik saja sayang. Kita sedang berjalan ke tempat yang lebih baik dan akan saling menemukan diri kita yang dulu lagi. Mungkin sudah lama tak ku katakan ini padamu, dan akan ku katakan lagi sekarang. Bahwa aku mencintaimu. Harap selalu kau ingat, air mata dan sakitku, dan dengan itu semua tak akan membawa kita kembali dalam kesedihan ini. Percayalah, semua akan baik-baik saja.




'cause love don't hate, and love is always forgiving
Untukmu, Ridwanku

Comments

Popular Posts